PAPER | MAKALAH | JURNAL | SKRIPSI
ANALISIS PERENCANAAN TRANSPORTASI
DI WILAYAH PERKOTAAN
Disusun sebagai syarat pemenuhan
tugas mata kuliah Ekonomi Perkotaan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi
merupakan suatu kegiatan memindahkan barang dan atau orang dari satu tempat ke tempat lain, baik
dengan atau tanpa sarana. Suatu bangsa akan menjadi besar dan makmur jika
memiliki tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran transportasi baik
pergerakan orang maupun barang dari satu negara kebagian lainnya (Warpani,
1990: 20). Keberadaan dari perangkutan sangatlah penting dalam mendukung
pertumbuhan suatu daerah baik dari segi ekonomi maupun sosial. Tanpa
transportasi yang baik maka suatu kota tidak akan berkembang maupun tumbuh
dengan baik.
Perencanaan
transportasi merupakan rangkaian kegiata persiapan pengadaan atau penyediaan
sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap
waktu di suatu ruang. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan
(derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu
dengan menggunakan metode empat tahap (four stage method). Langkah awal yang
terdapat pada metode empat tahap yaitu analisis bangkitan perjalanan (trip
generation) yang merupakan analisa terhadap jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona.
Adapun tujuan analisis bangkitan perjalanan ini adalah untuk memperkirakan
jumlah perjalanan orang/kendaraan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona
di masa yang akan datang dengan menetapkan hubungan / model antara
karakteristik perjalanan dengan tata guna lahan. Pada dasarnya suatu daerah
atau kompleks pemukiman akan membangkitkan perjalanan atau pergerakan yang
dapat menambah beban lalu lintas pada jaringan jalan yang ada sehingga nantinya
dapat mempengaruhi derajat pelayanan jalan tersebut.
Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh kota yang padat penduduk apalagi di Negara berkembang seperti Indonesia. Permasalahan transportasi yang sudah ada sejak dahulu tingkat kualitas yang jauh lebih parah dan kuantitas yang besar (Ofyar Z. Tamin, 1977)
Sesuai dengan pemaparan mengenai transpostasi, Kota Surabaya sebagai kota metropolitan memiliki aktivitas lalu lintas yang padat dan padat dimana sangat dibutuhkan sistem transportasi yang difasilitasi dan optimal Karena dapat mempengaruhi perkembangannya, maka kota ini menimbulkan dampak yang ditimbulkan dari transportasi yang juga kompleks. Munculnya tantangan transportasi sebagai bentuk dari pemikiran tersebut, salah satunya adalah tantangan kemacetan di berbagai titik di Surabaya. Sebenarnya masalah transportasi yang terjadi oleh beberapa hal
Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh kota yang padat penduduk apalagi di Negara berkembang seperti Indonesia. Permasalahan transportasi yang sudah ada sejak dahulu tingkat kualitas yang jauh lebih parah dan kuantitas yang besar (Ofyar Z. Tamin, 1977)
Sesuai dengan pemaparan mengenai transpostasi, Kota Surabaya sebagai kota metropolitan memiliki aktivitas lalu lintas yang padat dan padat dimana sangat dibutuhkan sistem transportasi yang difasilitasi dan optimal Karena dapat mempengaruhi perkembangannya, maka kota ini menimbulkan dampak yang ditimbulkan dari transportasi yang juga kompleks. Munculnya tantangan transportasi sebagai bentuk dari pemikiran tersebut, salah satunya adalah tantangan kemacetan di berbagai titik di Surabaya. Sebenarnya masalah transportasi yang terjadi oleh beberapa hal
Berdasarkan
kondisi yang ada, maka diperlukan analisa tentang perencanaan transportasi yang
akan diterapkan, agar dapat memecahkan berbagai permasalahan transportasi.
Hasil analisa ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perencaan
transportasi di wilayah perkotaan.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana Perencanaan transportasi diterapkan?
- Apakah peran perencanaan transportasi terhadap perkembangan perkotaan?
- Bagaimana perencanaan perkotaan dapat diterapkan secara efektif dan efisien di wilayah perkotaan ?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui peran perencanaan transportasi terhadap perkembangan di wilayah Perkotaan.
- Untuk mengetahui penerapan perencanaan transportasi di wilayah perkotaan
- Untuk mengetahui penerapan perencanaan transportassi di wilayah perkotaan secara Efektif dan efisien.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
A. Teori-Teori Perkembangan Kota
1. TEORI KONSENTRIS
(THE CONSENTRIC THEORY)
Teori ini dikemukakan oleh E.W.
Burgess (Yunus, 1999), atas dasar tudy kasusnya mengenai morfologi kota
Chicago, menurutnya sesuat kota yang besar mempunyai kecenderungan berkembang
ke arah luar di semua bagian-bagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi
sedikit ke arah luar. Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala
arah, maka pola keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti
lingkaran yang berlapis-lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
2. TEORI SEKTOR
Teori sektor ini dikemukakan oleh
Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999), dinyatakan bahwa perkembangan-perkembangan
baru yang terjadi di dalam suatu kota, berangsur-angsur menghasilkan kembali
karakter yang dipunyai oleh sector-sektor yang sama terlebih dahulu. Alasan ini
terutama didasarkan pada adanya kenyataan bahwa di dalam kota-kota yang besar
terdapat variasi sewa tanah atau sewa rumah yang besar. Belum tentu sesuatu
tempat yang mempunyai jarak yang sama terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa
tanah atau rumah yang sama, atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat
terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-kadang
daerah tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa daerah-daerah tertentu yang
letaknya lebih dekat dengan KPB mempunyai nilai sewa tanah atau rumah yang
lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari KPB. Keadaan ini sangat
banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi dan segala aspek-aspek
yang lainnya.
B. Konsep Perencanaan Transportasi
Ada beberapa
konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang hingga saat ini dan yang paling populer
adalah ‘Model perencanaan transportrasi Empat Tahap (Four Step Model) Keempat
model tersebut antara lain :
1. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation
Models)
yaitu pemodelan transportasi yang
berfungsi untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah perjalanan yang berasal
dari suatu zona/kawasan/petak lahan dan jumlah perjalan yang datang/tarik
(menuju) ke suatu zona lahan pada masa yang akan datang (tahun rencana) per
satuan waktu.
2.Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution
Models)
yaitu pemodelan yang memperlihatkan
jumlah perjalanan yang bermula dari suatu zona asal yang menyebar ke banyak
zona tujuan atau sebaliknya jumlah perjalanan yang datang mengumpul ke suatu
zona tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.
3. Model Pemilihan Moda (Mode Choice models)
yaitu
pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang berfungsi untuk
menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah orang dan barang yang
akan menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk
melayani suatu titik asal tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan
tertentu pula.
4. Model Pemilihan Rute (Trip Assignment Models)
yaitu
pemodelan yang memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memilih
berbagai rute dan lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi
tersebut.
C.Teori Perencanaan
Menurut
Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik,
inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh
tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi
Hudson.
1. Teori Sinoptik
Disebut
juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive
planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek
perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang
disbebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi: pengenalan
masalah, mengestimasi ruang lingkup problem, mengklasifikasi
kemungkinan penyelesaian,menginvestigasi problem, memprediksi
alternative, mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
2. Teori incemental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja
personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka
panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek
saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana
dalam merencanakan objek tertentu selalu mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan.
3. Teori
transactive
Menekankan
pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan
bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang
dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya juga
menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan perencanaan.
4. Teori advocacy
Menekankan
hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar
perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi
atas dasar argumentasi yang rasional,logis dan bernilai
(advocacy= mempertahankan dengan argumentasi).
Kebaikan
teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan
kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap
minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum.
Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau
badan pusat.
5. Teori radikal
Teori
ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk
melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah
keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan.
Perencanaan
ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan
minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang
perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja
sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga
pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah
dapat mandiri menangani pendidikannya.
6. Teori SITAR
Merupakan
gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary planning
process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih
lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat
atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS
yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti
teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang sudah ada
penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa
teori-teori diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.
Persamaannya:
1. Mempunyai
tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah
2. Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.
3. Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya terdapat perbedaan penitikberatan.
4. Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan
2. Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.
3. Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya terdapat perbedaan penitikberatan.
4. Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan
Sedangkan
Perbedaannya adalah :
- Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain, dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional. Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan perencanaan yang lain.
- Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.
- Perencanaan transactivemengedepankan faktor – faktor perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan perencanaan Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.
- Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social.
- Perencanaan Radikal seakan-akan tanpa metode dalam memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan sinoptik yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik akademis/metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Penerapan Perencanaan Transportasi
Perencanaan
transportasi adalah suatu perencanaan terkait prasarana transportasi seperti
jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem
transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan.
Tujuan
Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi
kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk angkutan umum
ataupun angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk
kepentingan kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi sehingga efektif,
efisien & ekonomis. Prosesnya, diawali dengan identifikasi awal mengapa
perencanaan diperlukan, dilanjutkan dengan pengumpulan informasi mengenai pola
perjalanan melalui survei asal tujuan beserta pengumpulan data sekunder,
modeling dan dilanjutkan dengan membuat perkiraan permintaan dimasa yang akan
datang. Selanjutnya dirumuskan kebijakan untuk menghadapi masa yang akan datang
dan sebagai tahapan terakhir adalah penyusunan rumusan rencana yang akan
dikembangkan pada masa yang akan datang beserta jadwal waktunya.
3.2 Peran Perencanaan Transportasi Untuk
Perkembangan Kota
Peranan
transportasi umumnya ditinjau dari berbagai sektor, antara lain:
1).-Peranan
ekonomi: memperluas jangkauan kegiatan ekonomi, -alternatif SDA yang lebih
bermutu dan murah, -sistem produksi dan distribusi lebih ter koordinir, dll.
2)Peranan
sosial: -memungkinkan manusia hidup menetap dan tetap dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, -menambah variasi kegiatan, -memperluas skala pergaulan, dll.
3)Peranan
politik: -membantu pemerintah mendapat/memberikan informasi keseluruhan wilayah
lebih cepat dan efisien, -pelaksanaan hukum dan sistem peradilan yang merata,
-koordinasi militer dan keamanan lebih terjamin, dll.
4)Peranan
kewilayahan: -pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, -fungsi pemindahan
keseluruh wilayah, : sebagai infrastruktur/generating : sebagai servicing
factor/ faktor penunjang/ships follow the trade.
5)Peranan lingkungan: -polusi
(udara, suara, tanah, air, getaran/vibrasi), -konsumsi energi, konsumsi lahan, estetika,
dll.
3.3 Perencanaan Kota Yang Efektif dan Efisien
di Perkotaan
Proses
perencanaan transportasi meliputi kegiatan seperti inventarisasi (inventory),
peramalan penggunaan lahan (land use forecasting), bangkitan pepergian (trip
generation), distribusi/sebatan pepergian (trip distribution), pilihan moda
(modal split), penempatan lalu lintas (traffic assignmen). Penjelasannya
sebagai berikut :
Inventarisasi (Inventory) Merupakan
tahap awal untuk mengumpulkan data-data yang digunakan sebagai dasar
mengevaluasi keadaan transportasi dan kebutuhan perjalanan saat ini, yang
semuanya digunakan untuk memperkirakan kebutuhan perjalanan dan sistem
informasi yang akan datang. Data yang diharapkan didapat antara lain penggunaan
lahan, perjalanan penduduk, jumlah trip yang dilakukan, dan tingkat penggunaan
bermacam-macam fasilitas transportasi yang tersedia, populasi dan karakteristik
sosial ekonomi wilayahnya.
Peramalan Penggunaan Lahan (Land Use Forecasting) Memprediksi perkembangan penggunaan lahan yang ada sekarang, terutama penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap transportasi seperti perkembangan perumahan dan penggunaan komersial lainnya.
Peramalan Penggunaan Lahan (Land Use Forecasting) Memprediksi perkembangan penggunaan lahan yang ada sekarang, terutama penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap transportasi seperti perkembangan perumahan dan penggunaan komersial lainnya.
Bangkitan Pepergian (Trip Generation) Menyangkut
perkiraan jumlah trip yang datang (attraction) dan pergi (production) dari
suatu zona per satuan waktu. Trip generation ini akan selalu dipengaruhi oleh
intensitas penggunaan lahan, karakteristik dari rumah tangga penduduk, dan
lokasi tempat tinggal yang ditinjau.
Distribusi/Sebaran pepergian (Trip
Distribution) Langkah untuk mendistribusikan semua trip yang berasal dari
setiap zona menuju ke semua kemungkinan zona yang tersedia.
Pilihan Moda (modal split) Moda
berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan, pilihan pertama biasanya
berjalan kaki atau menggunakan kendaraan (pribadi atau umum). Dasar untuk
pemilihan moda transportasi ini akan dipengaruhi oleh karakteristik trip,
karakteristik traveler dan karakteristik sistem transportasinya.
Penempatan Lalu Lintas (Traffic
Assignment) Langkah terakhirnya adalah menempatkan
pergerakan (trip) ke dalam sistem jaringan jalan yang ada. Pada tahap ini akan
juga ditentukan rute-rute yang dilalui, dimana pilihan rute akan juga
berhubungan dengan tingkat pelayanan (level of service) jalannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi
utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan.
Untuk pengembangan wilayah perkotaan yang baru, fungsi merangsang perkembangan
lebih dominan. Hanya saja perkembangan tersebut perlu dikendalikan (salah
satunya dengan peraturan ) agar sesuai dengan bentuk pola yang direncanakan.
Transportasi merupakan urat nadi Pembangunan
Nasioanal untuk melancarakan arus manusia, barang maupun informasi sebagai
penunjang tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal.
untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau
oleh daya beli masyarakat.
4.2 Saran
Moda
transportasi umum supaya diperbanyak dan diatur lebih mendalam lagi di wilayah
perkotaan, khususnya di wilayah yang mulai padat penduduk contohnya Surabaya Sidoarjo,
jabodetabek, maupun ibu kota baru.
Transportasi sudah selayaknya ada untuk memberikan
kemudahan dalam kehidupan manusia. Tetapi dalam perkembangannya, transportasi
ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya analisis perencanaan transportasi di
suatu wilayah untuk mengurangi permasalahan yang dapat timbul.
Contohnya, di ibukota baru supaya segera dibuat moda transportasi umum yang layak dan memadai seperti MRT, KRL, LRT, Busway dan moda transportasi umum lain nya. Supaya dimasa mendatang tidak akan adanya kemacetan, karena masyarakat ibukota sudah terbiasa mengguanakan tansportasi umum.
Contohnya, di ibukota baru supaya segera dibuat moda transportasi umum yang layak dan memadai seperti MRT, KRL, LRT, Busway dan moda transportasi umum lain nya. Supaya dimasa mendatang tidak akan adanya kemacetan, karena masyarakat ibukota sudah terbiasa mengguanakan tansportasi umum.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Tata Ruang Tata
Bagunan Pemerintah Kota Medan (2016, 28 April). Teori Perkembangan Kota. Dikutip 5 September 2019 www.trtb.pemkomedan.go.id
Analisis
Pemilihan Moda Dalam Rencana Pengembangan Trem Di Surakarta- Jurnal
UGM, 2015 – http://etd.repository.ugm.ac.id/
0 Comments
Silahkan Berkomentar Dengan Sopan. Anda Sopan Kami Segan.